Minggu, 13 Mei 2012

Kesemuanku

Ingin sekali aku mengenali dia pada duniaku, agar dia menyadari bahwa betapa istimewa setiap perjalanan ini. Aku menemukannya yang terpuruk dalam gelora fananya. Dengan perlahan aku menggenggam tangan perkasa itu dan menuntunnya dengan kepastian yang semu. Aku sangat jahat, aku ingin berarti dalam kehidupannya namun aku tak kuasa menunjukkan arti kehadiranku dalam hidupnya. Pelukanku pun takkan dia rasakan sebagai sebuah labuhan yang nyaman, dan itu baru difikiranku. Aku mendambanya dengan segala keadaannya sewaktu enam tahun lalu, namun itu semu sebab dia tidak pernah menyadari aku. Sampai akhirnya sebuah insiden membuat kami bersatu, dan sebuah kecupan manis di pipi kiriku membuatku melabuhkan harap dia mampu menjadi sandaranku. 
Itu takkan mungkin!! ya.. itu takkanlah menjadi sebuah kenyataan yang indah, sebuah cincin silver melekat lama dijari manis kiriku. Saat melepas cincin itupun akan terlihat jelas bedanya kulit yang terlindungi oleh si silver yang bertuliskan nama SETYA. 
Tak tega aku memakainya lagi sewaktu dia bertanya kepadaku "Sya, cincin dari Setya?", ya aku bodoh! aku selingkuh dibelakang Setya, dan tanpa aku fikir panjang kehadiranku dalam hidup Putra hanya akan membuatnya kalut dan terluka.

"Tasya, jangan pernah pergi dan tinggalkan aku sendiri disini. Aku hanya ingin habiskan setiap waktu dengan kamu! Aku tau aku salah mencintai kamu yang adalah miliknya. Namun aku sendiri tak kuasa menahan hasratku untuk memiliki kamu!"

Jeritnya membuatku tak pernah mampu menahankan airmataku yang terlalu mudah berlinang dan tak kuasa menahan kepedihan berada dalam sisi dia yang telah lama aku puja. 
Putra mengajakku menikmati udara malam saat hari kedua bulan purnama pada bulan Mei itu. Disebuah gapura mini yang sederhana bagai pembelah daratan dan laut kala itu menjadi saksinya. Pelan dia menyentuh pipi ku, tangannya menjalar mengibas rambut panjangku dan melingkarkannya dileherku. Perlahan ditatapnya mataku dan disentuhnya bibirku dengan hasratnya yang memuncak, penuh irama kerinduan.
Dia tidak menodaiku, dia menjagaku, dia menghormati status dan mengerti mauku. Pantaskah aku meninggalkan sosoknya? 
Namun apabila aku menahan diriku disini, kami takkanlah bahagia. Dia bukan sosok yang positif dimata mereka, "terlalu rendahan untukmu", "dia itu pecundang!", "dia bukan manusia!!" , "dia itu seorang ternoda!!"
Aku tidak melihat latar belakangnya, aku mau menerimanya asalkan kesadaran mampu tumbuh dalam dirinya. 

Setya menghampiriku dengan segala ketegarannya akan pengakuanku yang penuh kepiluan untuk seorang yang menyayangi sosok Tasya bodoh ini.
Dipeluknya aku penuh kebijaksanaannya, aku terlalu papa untuk saat itu. Aku terlalu hina berada didekapan seorang Setya. 

Penuh keyakinan akupun meninggalkan segala kebodohan yang aku ciptakan. 

Dear Setya " Maafkan aku yang terlalu menuntu keadaanmu, mencari yang lebih baik dari padamu yang jelas itu takkanlah menjadi sebuah kenyataan. Terimakasih masihselalu memberiku kesempatan dan mencintai aku sepenuh hatimu. Aku akan selalu berusaha menjadi Tasyamu yang mencintaimu dan janji-janjiku sendiri"

Dear Putra "Maafkan semua kesalahanku membawamu kedalam sebuah kisah yang fana. Jadilah orang yang lebih baik. Dirimu akan diterima mereka dengan utuh. Sebab tak ada manusia sempurna, kesadaran itulah yang membuatku tidak menjauh dari padamu. Oleh karena itu, jadilah manusia baru dalam sisa hidupmu. Maafkan aku harus pergi darimu kesemuanku"