Senin, 09 Februari 2015

Cinta, Karma, dan Penantian....



Setahun tujuh bulan yang lalu, ada seorang cowok remaja yang sedang jatuh cinta, dan dengan segala upayanya dia meraih hati wanita idamannya meski nyata wanita itu terpaut 4 tahun lebih tua dari dirinya.
Wanita ini terlalu bertingkah, mengetahui sisi buruk dari si remaja cowok ini membuatnya menjajah sang remaja begitu menyedihkannya.
Mulai dari menuntut perubahan si remaja menjadi dewasa, membuat si remaja menjadi anak yang membangkang, dan mempermainkan kesabaran si remaja.
Remaja ini mempunya sifat yang “susah sendiri” dalam kesepiannya, dia akan segera mencari tempat diman dia bisa mendapatkan hiburan. Namun, istimewanya remaja ini adalah sosok pengertian dan sabar.
Mungkin, wanita yang ada dihadapannya adalah tantangan dan hiburan baginya. Susah menaklukkan sisi angkuh dan jutek si wanita itu membuatnya pantang menyerah dan mencoba berkali-kali meski sudah ditolak dan diberikan harapan palsu.
Remaja ini tidak menolak, sampai akhirnya si wanita menginginkan sebuah Teddy. Dengan perjuangannya, remaja mengajak wanita itu mencari Teddy yang akan menjadi sosoknya sebagai teman saat wanita sendiri. Wanita itu hanya menyambut dengan perasaan kacau karena melihat tingkah remaja yang jatuh cinta padanya itu, merasa lucu, dan geli dengan segala cara dan tingkah si remaja.
Mungkin sudah saatnya, setahun bersama dengan perasaan terombang ambing dari remaja yang masih belum bisa mendapatkan perasaan utuh kekasihnya. Bunga, senandung lagu, donat why nut j.co kesukaan wanita hampir tidak pernah alfa dari hadapan wanita. Begitu special wanita dibuat oleh remaja ini, segala perhatian dicurahkan oleh sang remaja hingga mendapatkan perhatian wanita pujaannya. Dari kegiatan yang sama sekali tidak pernah dia minati, kegiatan sosial, anak-anak, dan bergaul sampai lupa waktu, makanan pedas yang sudah menjadi khas wanitapun kini menjadi khas dari remaja yang sedang jatuh cinta ini.
Melihat kegigihan cowok yang mencintainya, dan cemburu karena wanita lain mulai menarik perhatian remaja. Wanita ini berusaha mengerti dan menjadi kekasih yang baik untuk remaja yang mencintainya.
Untuk beberapa bulan, mereka saling mencinta, mereka saling mengisi satu sama lain. Mereka selalu berdua, terlihat jelas bahwa usia tidak jadi pembatas diantara mereka. Cara mereka mengekspresikan diri bahwa mereka adalah sejioli yang bahagia, membuat wanita sadar bahwa remaja bukan batasan usia untuk mencinta. Namun dibalik itu, wanita menyadari.... dia sudah salah langkah. Dia merenggut usia remaja kekasihnya untuk cinta yang serius.
Kini, ketakutannya memuncak. Remajanya tidak bergelora seperti ketika dia mengejar cinta si wanita. Remaja menjadi pribadi yang menjauh, cenderung emosi dan terlihat jelas bahwa naluri pria mulai tumbuh dalam dirinya. Dia menjadi seseorang yang lebih tegas.
Kini yang menghantui benak mulai nakpak jelas, mungkin kejenuhan hendak merajai remaja.
W           :           “Apa kamu bosan?”
R            :           “Untuk apa..? aku tidak bosan”
W           :           “Lalu mengapa kamu berubah?”
W           :           “Maafkan sifatku.. aku cinta kamu”
Kemudian sebulan berlalu, kecurigaan wanita semakin terlihat dalam. Maka dengan segala cara dia mengorek hal yang sangat rapi ditutupi sang kekasih. Ternyata, ada yang lain. Bukan hanya seorang.
W           :           “Kenapa kamu tega?”
R            :           “Aku jenuh”
W           :           “Apa salahku? Aku sudah berusaha menjadi kekasih yang baik”
R            :           “Tidak. Bukan kamu aku yang salah”
W           :           “Kembalilah, aku punya kesempatan untuk kamu”
R            :           “Aku bukan pria, aku remaja yang susah berkomitmen.”
W           :           “Jangan pergi”
R            :           “Aku jenuh”
W           :           “Maaf membuatmu jenuh”
R            :           “Aku sudah sakiti kamu. Aku melepaskan kamu agar kamu tidak sakit karena aku. Aku ingin menaruhmu pada posisi yang aman. Bahagiamu yang utama buat aku”
W           :           “Aku cinta sama kamu. Bahagia ku Cuma kamu”
R            :           “Sepenuh hati aku masih mencintai kamu. Namun, kalau dipaksakan hanya akan membuatmu sakit. Kasi aku waktu untuk intropeksi diri”
W           :           “Kesempatan masih ada. Kembali kapanpun itu ketika kamu sudah yakin dengan komitmen”
Wanita hanya bisa menangis, mengingat kembali betapa bahagianya beberapa bulan kemarin ketika si remaja mengajaknya untuk mengakhiri tahun baru bersama ke kebun binatang, kemudian mengawali tahun baru bersama ke tempat sejuk yang banyak ditumbuhi rerumputan, strowberry dan dikelilingi danau. Betapa si remaja sangat menjaganya dengan penuh cinta dan perhatian. Membuat wanita tidak berhenti menangisi, betapa jahatnya ketika dia sedang menguji kesabaran dari si remaja yang mencintai dia.
Kini berbalik sudah, si remaja pergi dengan perasaan yang memudar meski dia tetap mengatakan bahwa dia mencintai sang wanitanya. Perasaan yang tersembunyi, entah apa yang ada dibalik hati si remaja yang mulai menjadi pria.
Wanita kini hanya berdoa, memohon ampun pada Tuhan atas segala sikapnya. Mendoakan kekasihnya yang pergi agar lekas kembali. Berdoa untuk sang kekasih, agar cepat berdamai dengan masa jenuhnya dan kembali pada si wanita. Berharap melalui doa agar sang remaja tetap menjaga hati dan menghindar dari rasa duniawi yang menjebak.
Wanita memeluk Teddy, hadiah yang dianggapnya dulu lelucon ketika remaja yang dicintainya saat ini berkata “Teddy akan menjaga kamu ketika aku sedang tidak ada disamping kamu. Peluk Teddy, berarti kamu meluk aku’
Sambil menangis, dia erat mendekap Teddy karena menyadari.... cintanya kini sudah tidak menyatakan bahwa ia masih mencintai si wanita.
W           :           “Teddy.. terimakasih karena pelukmu membuatku hangat, sehangat pelukannya ketika mencintai aku. Terimakasih tidak meninggalkan aku sendirian seperti dia. Terimakasih masih menemani aku, menjadi sahabat dan kini kekasihku. Jangan pernah tinggalkan aku sendiri. Sekarang, kita menulis... kita akan menulis banyak tentang cinta dan segala rasanya, sambil menunggu dia kembali pulang ke sisi kita”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar