Jumat, 08 November 2013



Semua ini bermula entah dari mana. Aku merasa sekarang semuanya telah musnah, hilang dalam sekejap bak di telan sang bumi.
Semuanya berlalu seakan kemarin aku sedang bermimpi,
Semuanya hilang seakan kemarin aku sedang berdendang dengan cinta dalam dunia khayalan.
Dan sekarang hanya ada aku dan sisa kenangan bersamanya dalam mimpiku selama 5 tahun.
Saat aku terbangun dari lelapku selama 5 tahun, ternyata ada kekasih terdahulu yang menemani aku bermimpi dan kini hadir lagi dalam kenyataanku.
Aku berusaha membangunkan otakku yang masih bersemayam dengan sisa-sisa kenangan sang pecinta dalam mimpi, sedang ragaku disini sedang bergerak seolah-olah semuanya tidak membuatku gila.
Mulut ku berucap seakan-akan aku adalah seseorang yang pandai dan melupakan mimpi indah yang dalam nyata tidak mampu aku raih, disadari hatiku sedang bersembunyi dalam kebodohanku yang percaya pada mimpi yang pernah aku alami bersamanya.
Rasanya ingin merobek setiap lirik-lirik lagu patah hati dan kesedihan dari suara-suara yang mendendangkan kepiluan, sayangnya itu hanya keinginanku karena aku tak mampu. Aku hanya bisa diam di tempat dan menikmati kesakitanku.
Rasanya berdiri didalam hujanpun tidak mampu membersihkan segalanya, menangis dalam hujanpun ternyata tak mampu membuatku nyaman.
Aku berusaha berlari, sayangnya aku tetap saja menuju tujuan yang sama…
Yaitu kamu, mimpi kita, dan kenyataan yang semu.

Minggu, 03 November 2013

Sekedar Ingin Mengenal

Untuk seorang pria di ujung penantian...

Aku mulai memperhatikannya ketika aku milihat senyumnya terhias oleh bias cahaya matahari pagi kala itu. Bukan untukku, tetapi senyumannya mampu menarik keluar semangat yang terpendam dari sisa kegalauan yang aku alami bersama si masa lalu.
Saat aku mencoba meraba dirinya melakui pandanganku, yang aku temukan hanya raut wajah kaku dengan senyuman penuh dengan pemberian harapan palsu. Pandangannya yang dingin, bak sedang bermandi di air es.

Jangan sekalipun melemparkan keramahan padanya, hanya akan ditalangnya oleh pagar besi dengan tombak tajam yang siap menusuk harapan baik dari segala keramahan. Tentu tidak akan disambutnya, dan akan dengan gaya khas kesombongan pra pria tampan, dia akan membalikkan badannya penuh angkuh.
Membuat hati menjadi patah dan merasa rendah.

Hei bung, aku menikmatinya. Aku lebih senang saat melihatmu dari belakang. Punggungmu yang luas, gerak langkahmu yang tegap, ayunan tanganmu yang serasa aku ingin menyambut jemari itu.
Dia membuatku penasaran dengan segala miliknya,
sebab kala aku tidak ingin mempedulikan kebisingannya, dia yang hadir dengan segala keramahannya dan senyumannya yang tadinya seperti es kini meleleh bagaikan di siram air mendidih.
Aku bukan dia yang angkuh dan mencoba tetap cool dalam segala kondisi, aku tak mampu mempertahankan dan menyembunyikan segala keramahan yang sudah tertanam dalam diriku terutama untuknya yang mencuri segala perhatianku.

Dengan segala kekuatanku, aku menahan hantaman rasa yang sewaktu berpisah antara jarak dan ruang dengannya semakin terasa bergelora. Aku memendam segala kerinduan dan memulai untuk bersabar dalam penantian yang tak mungkin bisa ku lalui tanpa usaha.

Aku membawanya dalam alunan doa-doa harianku pada Bapa Yesus, aku meminta pada Bapa ku agar Dia memberikan aku kesempatan untu mengenal siapakah pria di balik nama yang pertama. 

Namun setelah beberapa waktu berlangsung aku mulai kelu,
Aku mulai risih,
Aku mulai hilang rasa,
Ternyata dia tidak semanis dalam fikiranku,
Dia tidak semanis dalam khayalanku,
Dan, tidak semanis harapanku dalam doa karena dia adalah sumber pemabuk pada wanita-wanita jelita dengan segala bujuk rayuan, dan gombalan yang langsung mematikan segala syaraf ketegangan.

Namun, masihkah ada waktu untukmu meminta dan bekerja sama dengan Bapa Yesus agar dia menjadi kekasih dari apa itu kesejatian.
Aku tak tertarik dengan fisiknya, aku suka dengan senyum dinginnya meski kehangatan dari senyumannya hanya mampu aku nikmati dari bias cahaya mentari.
Aku tidak tertarik dengan sapaannya, aku suka dengan gerak energik dan pikirannya yang cerdas.
Aku bukan pecinta yang handal, 
Tapi aku yakin... dia dan aku satu tujuan ... yaitu Iman.