Rabu, 06 Februari 2013

Terang Sejenak, dan Akhirnya Semakin Gelap

Aku,...

Terkadang aku pun bingung siapa aku yang ada dalam diriku. Kerap bertingkah diluar kendaliku dan membawaku pada keadaan yang selalu tiada pernah aku duga.

Seperti mata dari tubuhku yang terpaut dengan mata seseorang berbaju batik, berjas kuning di sebelah barat sana. Seseorang pernah  berkata, pria mudah jatuh hati pada pandangan pertama, namun perempuan akan menaruh hati pada percakapan pertama. 

 

TANPA HARUS BERCAKAP SEBAGAI HAL UTAMA, melihat mata sayu dan senyumannya membuatku sadar, bahwa dia sangat indah.

Akulah si wanita yang sendiri dan sedang jatuh cinta pada seseorang yang belum mengenalku.

 

Hingga kini aku menyakini bahwa dia mendengar sukmaku kerap menyapa dia melalui angin yang berhembus pada pagi,

Jarak ruang bahkan waktu tak mampu satukan lagi mata dengan mata yang telah pertemukan jiwa ini dengan keindahan. 


Iman pun menjadi jangkauan yang tak mampu terlewatkan, KAMI BERBEDA.

 

Aku kerap berusaha menahan mulut yang selalu ingin bercerita tentang rasa yang salah, rasa yang semu bahkan ini adalah perasaan tentang kebahagiaan yang fatamorgana.

Namunaku tak kuasa,sobat...

 

Sepercik kata rindunya (setelah beberapa kali pertemuan dan persahabatan) membuatku merasakan basah yang lama aku idamkan dari ketandusan jiwa yang sedang menerpa.

Hujan lantas tak membuatku pergi,

Aku hanya ingin di genggamnya dan di tatapnya dalam hujan. Matanya masih sendu dan membuatku cinta pada hujan.

 

"Mengapa pagi kejam memisahkan hujan dengan kita?",

 "katakan kamu mengharapkan kehadiranku!"

Sudahlah,, pagi rupanya belum bisa sadarkan aku bahwa kau hanyalah bias cahaya yang sejenak  ilham hidupku yang sudah tak berona.

 

Janjinya,  membuat perasaan menjadi kacau dan susah untuk menemui malam...

Sehingga senja selalu menjadi topik kalimat yang ku rangkai dalam puisi - puisi lepas pada akun facebook dan twitter.

 

Sayang, janjinya hanya sekadar janji dan untuk apa aku menuntutnya untuk memenuhi kekosongan harapan dari janji yang terlontar untukku?

 

Sahabatku mencoba sadarkan rasa dari diriku yang tanpa aku sadari membuatku menjadi lupa kehidupan yang nyata membentang di hadapanku...

 

"Jangan meyakinkan diri Bahwa dia menyukaimu... hanya karena dia bersikap manis padamu. Kadang kamu hanya sebuah pilihan ketika dia bosan..." 

 

Mungkinkah aku hanya keklisean yang sepintas untuknya?

Lagu sendu dan rindu yang tercurah,,, akankah percuma?

Bolehkah aku bernyayi tentang kita yang tak mungkin bersatu...

Kamu adalah tulisan-tulisan indah nan bermakna,

namun aku tiada pernah terbaca oleh mu.... 

Aku rindu,,, aku rindu saat malam menyatukan kita..

meski dalam batasannya...