Rabu, 18 Februari 2015

Ada BAHAGIA,

Aku pernah meyakini satu hal, bahwa pilihanku adalah yang terbaik.
Dan sampai saat ini, orang yang malam tadi memegang tanganku, mencium keningku, merangkul tubuhku masih menjadi kekasih yang terbaik.
Yang pergi telah pulang, dan bukan penantian lagi yang menjadi rasa dalam benak kali ini. Antusias, menjadi gerbang dari perasaanku malam ini. Antusias dalam menjalani hariku bersamanya, antusias dalam mencintai dia, antusias dalam segala kegiatanku bersamanya, dan antusias saat berdua dengannya.
Banyak ekspresi yang ingin aku keluarkan, namun hanya satu kata yang bisa menggambarkan... “BAHAGIA”
Aku bahkan lupa rasanya sakit hati ketika aku melihat wajahnya, aku bahkan lupa jengkelku kepadanya ketika melihat tubuhnya mendekat.
Hanya ada harapan dibalik ramah yang aku tunjukkan padanya beberapa waktu sebelum dia mencium keningku, yakni “kekasihku mencintai aku lagi”.
Lalu, setelah aku muak dengan diriku yang mulai merengek dan hampir meneteskan air mata sewaktu aku tidak bisa mengontrol diriku dari emosi, hanya ada penyesalan yang tertinggal. Aku telah meinggalkannya, bukankah harusnya aku tetap bersamanya dan menunjukkannya jalan pulang menuju hatiku? Aku menyesal....
Namun, ini lah suratan. Dia mengejarku. Disisi jalan dengan motor beat putih merahku aku menjawab telponnya yang bertanya aku dimana, dan selang beberapa detik mobil ayla hitam mendekatiku, dia datang dan menemui aku.
Amarahku sudah mereda, sebab... aku sudah terlalu gegabah dengan meninggalkannya tanpa membuatnya menemui arah menuju hatiku.
Sambil melihat matanya yang tajam, aku berbicara padanya tentang hati. Aku tidak bisa menangis, aku tak mampu keluarkan pedihku. Aku takut lemah.
Namun, inilah perempuan.. tak ada adegan tanpa airmata.
Aku mulai meledak sedih saat mengungkapkan kepedihanku “saat ini, aku tidak punya apa-apa lagi, tidak ada pekerjaan, tidak ada semangat, tidak ada kepercayaan, aku cuma punya kamu. Karena kamulah yang slalu kasi aku semangat. Aku Cuma punya kamu”, hatiku benar-benar sakit waktu menyadari betapa jauhnya kekasih yang menjaga cintaku selama setahun tujuh bulan ini.
Aku telah menghancurkan hatinya dengan tidak merawat cintanya dengan kasih, aku teledor menjaga hatinya dengan kerap tegas dalam bersikap. Tegasku dulu palsu, aku selalu ingin menjadi sosok kuat yang sesungguhnya akulah yang lemah. Aku hanya seorang yang munafik.
Menyadari airmata mulai membasahi wajahku, aku mencoba menghapus sisa airmata diwajahku, mulai menarik nafas panjang, dan kemudian tersenyum. Karena aku sadar, senyumku bisa menyembuhkan sedihku, senyumku bisa membuatku lebih baik, dan senyumku bisa membuatnya tahu bahwa aku tidak pernah membencinya. Cukuplah gegabah menguasai emosiku, aku tidak ingin menyesal lagi dan menangis pada akhirnya.
Kini, kekasihku kembali. Aku tahu, manusia selalu mempunyai titik jenuhnya dalam setiap hubungan, pekerjaan, rutinitas, dan lain-lain. Tetapi, manusia yang berakal budi tahu dimana dan bagaimana caranya meluapkan jenuhnya.
Aku kenal kekasihku, aku tahu siapa kekasihku, karena itu aku selalu yakin... dia tidak akan pergi lama dan jauh dari hatiku. Kini, aku sedang menuntunnya sampai pada hati yang menjadi rumah dari cintanya. Semoga, selanjutnya ia akan selalu betah disini.


Teddy... dia pulang. Kita bisa menikmati malam bertiga lagi kini. Semoga kita akan selalu merasa bahagia dan bersyukur bahwa Tuhan selalu melimpahi kita dengan kasih dan rahmatNya.

Senin, 09 Februari 2015

Rasa Ini Terlalu Segar Untuk Dibunuh



Sekarang aku mengerti bahwa setiap perjalanan selalu ada cerita yang mengesankan dan cerita yang menyakitkan.
Dulu, aku pernah ceroboh. Kali ini, cukuplah untuk bertindak dengan emosi dan keras kepala.
Aku terlalu bergelora dalam kisahku kali ini, kisah yang tidak pernah aku kira mampu membuat gairahku untuk mencintai memuncak.
Sayang, kini kandas. Salahku, aku memaksanya dengan caraku padanya untuk mencintaiku dengan serius dan mengikuti cara cinta dewasa yang harus memasang komitmen dalam menjalaninya.
Aku sudah merenggut masa mudanya. Maka dari itu, kali ini aku akan mengikuti jalurnya. Melepaskannya... membebasskannya mencari siapa dirinya dalam jutaan inginnya yang sempat tersendat untuk mencintai aku.
Aku sudah lelah,
Aku sudah tidak ingin jatuh dalam cinta. Karena cintaku kali ini, masih fress. Terlalu segar untuk aku bunuh. Maka aku ingin menjaganya hingga dia lelah berkelana dan memutuskan untuk kembali.
Sejauh ini, aku hanya ingin mempersiapkan diriku. Agar jika dia kembali, kami memiliki hubungan yang lebih berkualitas dari pada ini.
Sejauh ini, aku terlena dalam cintaku. Seperti tertidur nyenyak dalam kuil. Tiba-tiba lonceng berdegung mengagetkanku.. membuatku pening dan ingin terjatuh. Seperti itulah rasanya kini, namun aku yakin aku bisa bangkit.
Aku tidak terpuruk, aku masih kuat karena aku cinta.
Aku bertahan dan takkan aku tinggalkan.
Aku masih tetap berdoa, sampai hatinya terbuka lagi untuk mencintai setiap perjalanan kami.
Aku masih berdoa untuk kuatnya kita dalam menjalani kisah yang terbilang rumit ini.
Usia yang terpaut jauh, keluarga yang tentu tidak mengizinkan hubungan pria lebih muda dari pada wanita, masyarakat yang mencemooh, kerabat yang mengkritik, dan mental yang terombang-ambing, jenuh yang lahir dari keraguan, dan diam yang justru membuat kuat menjadi tipis.
Aku rindu dimana kami kekeuh untuk berdiri berdua, di bawah usia yang berbeda, di tekan cemooh dan kritik yang juga tidak lahir seperti itu, namun ada juga doa dan dukungan yang menyirami kegerahan kami.
Sungguh aku merindukan kekuatan itu. Aku merindukan sapaan hangatnya, pelukannya ketika aku merasa lemah, dan semangatnya ketika aku mulai terlihat tidak berdaya.
Kini, aku akan kuat sendiri. Aku percaya ini hanya untuk sementara. Karena aku yakin, dia mengerti tentang apa yang dia rasakan sedari awal dia percaya untuk jalan berdua denganku. Aku yakin, dia tahu tentang perasaan yang pernag membara dalam jiwanya untukku. Aku yakin, dia mengejar cintaku tentu karena ada hal yang istimewa dalam diriku yang membuatnya yakin jalan bersama denganku hingga 1 tahun 7 bulan ini. Seperti halnya aku yang melihat keistimewaan dari padanya, sabarnya dia dalam segalanya hal, cekatannya dia dalam melakukan sesuatu, dan perhatiannya kepada orang-orang disekitanya. Wajahnya yang ramah dengan senyumannya yang khas. Hal itu sangat istimewa.
Kini, nikmatilah petualangamu hingga kamu menemukan rasa yang disebut CINTA. Mungkinkah akan senada dengan perasaan yang pernah membara untuk hubungan kita?

Cinta, Karma, dan Penantian....



Setahun tujuh bulan yang lalu, ada seorang cowok remaja yang sedang jatuh cinta, dan dengan segala upayanya dia meraih hati wanita idamannya meski nyata wanita itu terpaut 4 tahun lebih tua dari dirinya.
Wanita ini terlalu bertingkah, mengetahui sisi buruk dari si remaja cowok ini membuatnya menjajah sang remaja begitu menyedihkannya.
Mulai dari menuntut perubahan si remaja menjadi dewasa, membuat si remaja menjadi anak yang membangkang, dan mempermainkan kesabaran si remaja.
Remaja ini mempunya sifat yang “susah sendiri” dalam kesepiannya, dia akan segera mencari tempat diman dia bisa mendapatkan hiburan. Namun, istimewanya remaja ini adalah sosok pengertian dan sabar.
Mungkin, wanita yang ada dihadapannya adalah tantangan dan hiburan baginya. Susah menaklukkan sisi angkuh dan jutek si wanita itu membuatnya pantang menyerah dan mencoba berkali-kali meski sudah ditolak dan diberikan harapan palsu.
Remaja ini tidak menolak, sampai akhirnya si wanita menginginkan sebuah Teddy. Dengan perjuangannya, remaja mengajak wanita itu mencari Teddy yang akan menjadi sosoknya sebagai teman saat wanita sendiri. Wanita itu hanya menyambut dengan perasaan kacau karena melihat tingkah remaja yang jatuh cinta padanya itu, merasa lucu, dan geli dengan segala cara dan tingkah si remaja.
Mungkin sudah saatnya, setahun bersama dengan perasaan terombang ambing dari remaja yang masih belum bisa mendapatkan perasaan utuh kekasihnya. Bunga, senandung lagu, donat why nut j.co kesukaan wanita hampir tidak pernah alfa dari hadapan wanita. Begitu special wanita dibuat oleh remaja ini, segala perhatian dicurahkan oleh sang remaja hingga mendapatkan perhatian wanita pujaannya. Dari kegiatan yang sama sekali tidak pernah dia minati, kegiatan sosial, anak-anak, dan bergaul sampai lupa waktu, makanan pedas yang sudah menjadi khas wanitapun kini menjadi khas dari remaja yang sedang jatuh cinta ini.
Melihat kegigihan cowok yang mencintainya, dan cemburu karena wanita lain mulai menarik perhatian remaja. Wanita ini berusaha mengerti dan menjadi kekasih yang baik untuk remaja yang mencintainya.
Untuk beberapa bulan, mereka saling mencinta, mereka saling mengisi satu sama lain. Mereka selalu berdua, terlihat jelas bahwa usia tidak jadi pembatas diantara mereka. Cara mereka mengekspresikan diri bahwa mereka adalah sejioli yang bahagia, membuat wanita sadar bahwa remaja bukan batasan usia untuk mencinta. Namun dibalik itu, wanita menyadari.... dia sudah salah langkah. Dia merenggut usia remaja kekasihnya untuk cinta yang serius.
Kini, ketakutannya memuncak. Remajanya tidak bergelora seperti ketika dia mengejar cinta si wanita. Remaja menjadi pribadi yang menjauh, cenderung emosi dan terlihat jelas bahwa naluri pria mulai tumbuh dalam dirinya. Dia menjadi seseorang yang lebih tegas.
Kini yang menghantui benak mulai nakpak jelas, mungkin kejenuhan hendak merajai remaja.
W           :           “Apa kamu bosan?”
R            :           “Untuk apa..? aku tidak bosan”
W           :           “Lalu mengapa kamu berubah?”
W           :           “Maafkan sifatku.. aku cinta kamu”
Kemudian sebulan berlalu, kecurigaan wanita semakin terlihat dalam. Maka dengan segala cara dia mengorek hal yang sangat rapi ditutupi sang kekasih. Ternyata, ada yang lain. Bukan hanya seorang.
W           :           “Kenapa kamu tega?”
R            :           “Aku jenuh”
W           :           “Apa salahku? Aku sudah berusaha menjadi kekasih yang baik”
R            :           “Tidak. Bukan kamu aku yang salah”
W           :           “Kembalilah, aku punya kesempatan untuk kamu”
R            :           “Aku bukan pria, aku remaja yang susah berkomitmen.”
W           :           “Jangan pergi”
R            :           “Aku jenuh”
W           :           “Maaf membuatmu jenuh”
R            :           “Aku sudah sakiti kamu. Aku melepaskan kamu agar kamu tidak sakit karena aku. Aku ingin menaruhmu pada posisi yang aman. Bahagiamu yang utama buat aku”
W           :           “Aku cinta sama kamu. Bahagia ku Cuma kamu”
R            :           “Sepenuh hati aku masih mencintai kamu. Namun, kalau dipaksakan hanya akan membuatmu sakit. Kasi aku waktu untuk intropeksi diri”
W           :           “Kesempatan masih ada. Kembali kapanpun itu ketika kamu sudah yakin dengan komitmen”
Wanita hanya bisa menangis, mengingat kembali betapa bahagianya beberapa bulan kemarin ketika si remaja mengajaknya untuk mengakhiri tahun baru bersama ke kebun binatang, kemudian mengawali tahun baru bersama ke tempat sejuk yang banyak ditumbuhi rerumputan, strowberry dan dikelilingi danau. Betapa si remaja sangat menjaganya dengan penuh cinta dan perhatian. Membuat wanita tidak berhenti menangisi, betapa jahatnya ketika dia sedang menguji kesabaran dari si remaja yang mencintai dia.
Kini berbalik sudah, si remaja pergi dengan perasaan yang memudar meski dia tetap mengatakan bahwa dia mencintai sang wanitanya. Perasaan yang tersembunyi, entah apa yang ada dibalik hati si remaja yang mulai menjadi pria.
Wanita kini hanya berdoa, memohon ampun pada Tuhan atas segala sikapnya. Mendoakan kekasihnya yang pergi agar lekas kembali. Berdoa untuk sang kekasih, agar cepat berdamai dengan masa jenuhnya dan kembali pada si wanita. Berharap melalui doa agar sang remaja tetap menjaga hati dan menghindar dari rasa duniawi yang menjebak.
Wanita memeluk Teddy, hadiah yang dianggapnya dulu lelucon ketika remaja yang dicintainya saat ini berkata “Teddy akan menjaga kamu ketika aku sedang tidak ada disamping kamu. Peluk Teddy, berarti kamu meluk aku’
Sambil menangis, dia erat mendekap Teddy karena menyadari.... cintanya kini sudah tidak menyatakan bahwa ia masih mencintai si wanita.
W           :           “Teddy.. terimakasih karena pelukmu membuatku hangat, sehangat pelukannya ketika mencintai aku. Terimakasih tidak meninggalkan aku sendirian seperti dia. Terimakasih masih menemani aku, menjadi sahabat dan kini kekasihku. Jangan pernah tinggalkan aku sendiri. Sekarang, kita menulis... kita akan menulis banyak tentang cinta dan segala rasanya, sambil menunggu dia kembali pulang ke sisi kita”